Selain Museum Kereta Api Ambarawa di Jawa Tengah, Indonesia memiliki museum kereta api lagi yaitu Museum Kereta Api Sawahlunto, Propinsi Sumatera Barat, tepatnya di Jl. Kampung Teleng, Desa Pasar, Kecamatan Lembah Segar. Dahulu museum ini adalah stasiun kereta api yang dibangun pada tahun 1918 pada masa kolonial Belanda.
Akhirnya pada tanggal 17 Desember 2005, stasiun ini dialih fungsikan
menjadi museum dan diresmikan oleh wakil Presiden saat itu Jusuf Kalla.
Kota Sawahlunto
sendiri terkenal akan tambang batubaranya, sehingga Belanda bersedia menanamkan modal untuk mengeruk hasil bumi ini dengan membangun pemukiman dan fasilitas pertambangan lainnya, salah satunya jalur kereta api Sawahlunto - Emma Haven (Teluk Bayur).
sendiri terkenal akan tambang batubaranya, sehingga Belanda bersedia menanamkan modal untuk mengeruk hasil bumi ini dengan membangun pemukiman dan fasilitas pertambangan lainnya, salah satunya jalur kereta api Sawahlunto - Emma Haven (Teluk Bayur).
Pintu Masuk Museum |
Jalur kereta api Sawahlunto - Teluk Bayur memiliki panjang 151,5
kilometer dengan 5 tempat pemberhentian, yaitu di Solok, Batubata,
Padang Panjang, Kayu Tanam, dan terakhir di Teluk Bayur. Dibutuhkan
waktu kurang lebih 10 jam untuk mengangkut batubara dari Sawahlunto ke
Teluk Bayur, karena jalannya yang menanjak dan berkelok-kelok.
Koleksi Museum |
Kembali ke museum lagi. Museum Kereta Api Sawahlunto ini memiliki
koleksi sebanyak 106 buah. Antara lain, gerbong, lokomotif uap,
alat-alat komunikasi, brankas, timbangan, lonceng penjaga, dan
lain-lain. Kondisi bangunan museum ini tidak diubah, dengan tiang-tiang
dan peron yang cukup luas, serta desain museum yang sangat kental akan
zaman kolonial Belanda.
Koleksi yang paling terkenal adalah Kereta Api Batubara yang diberi nama Mak Itam. Lokomotif
dengan bahan bakar berupa batubara ini produk dari Jerman tahun 1965,
dan sampai sekarang masih bisa beroperasi sebagai kereta wisata untuk
melayani pengunjung museum.
Gerbong Mak Itam |
Dengan membayar Rp 15.000/orang, pengunjung bisa menikmati perjalanan di
atas kereta api tua ini sambil menikmati pemandangan pesawahan,
perbukitan hijau dan menembus terowongan sepanjang hampir 1 kilometer.
Pengalaman yang mengasyikkan bukan!.
Meskipun kereta tua, Mak Itam memiliki fasilitas yang tak kalah
dibanding kereta saat ini, kereta ini sudah dilengkapi dengan AC serta
kursi dan meja yang nyaman. Sayangnya Mak Itam hanya beroperasi pada
hari Sabtu dan Minggu saja. Namun bila ingin menyewa secara rombongan
bisa juga di hari lainnya tapi biayanya agak besar yaitu Rp 3,5 juta.
Untuk masuk ke museum kereta api sendiri, pengunjung hanya dikenakan
biaya Rp 3.000 untuk dewasa dan Rp 1.000 untuk anak-anak. Museum ini
buka tiap hari Selasa - Minggu pada jam 07.30 - 16.00 WIB, pada hari
Senin, museum ini tutup.
mak itam sawah lunto
BalasHapus