Minggu, 10 Maret 2013

OBJEK WISATA BUKIT TINGGI - SUMATERA BARAT

KOTA Bukittinggi adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini sebelumnya disebut dengan Fort de Kock dan dahulunya pernah juga dijuluki sebagai Paris van Sumatra selain kota Medan, dan kota Bukittinggi juga pernah menjadi ibu kota negara Indonesia. Kota ini merupakan kota kelahiran salah seorang Proklamator RI yaitu Bung Hatta, disebut juga sebagai kota pusaka dengan Jam Gadang, yaitu sebuah landmark di ketinggian jantung kota, berbentuk jam besar mirip Big Ben, sekaligus menjadi simbol bagi kota yang juga berada pada tepi sebuah lembah yang bernama Ngarai Sianok.


Selain itu kota Bukittinggi juga terkenal sebagai kota wisata yang berhawa sejuk dan bersaudara (sister city) dengan Seremban dari Negeri Sembilan di Malaysia dan juga mempunyai tempat terindah. Tempat tempat yang biasa di kunjungi tersebut adalah : 

1. Jam Gadang  
 

Jam Gadang adalah sebutan bagi sebuah menara jam yang terletak di jantung Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat. Jam Gadang adalah sebutan yang diberikan masyarakat Minangkabau kepada bangunan menara jam itu, karena memang menara itu mempunyai jam yang "gadang", atau "jam yang besar" (jam gadang=jam besar; "gadang" berarti besar dalam bahasa Minangkabau).

Sedemikian fenomenalnya bangunan menara jam bernama Jam Gadang itu pada waktu dibangun, sehingga sejak berdirinya Jam Gadang telah menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan penanda atau markah tanah Kota Bukittinggi dan juga sebagai salah satu ikon provinsi Sumatera Barat.


Jam Gadang dibangun pada tahun 1926 oleh arsitek Yazid Sutan Gigi Ameh. Jam ini merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, Controleur (Sekretaris Kota) Bukittinggi pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dulu. Peletakan batu pertama jam ini dilakukan putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berumur 6 tahun.

Denah dasar (bangunan tapak berikut tangga yang menghadap ke arah Pasar Atas) dari Jam Gadang ini adalah 13 x 4 meter, sedangkan tingginya 26 meter. Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.


Menara jam ini telah mengalami beberapa kali perubahan bentuk pada bagian puncaknya. Pada awalnya puncak menara jam ini berbentuk bulat dan di atasnya berdiri patung ayam jantan. Saat masuk menjajah Indonesia, pemerintahan pendudukan Jepang mengubah puncak itu menjadi berbentuk klenteng. Pada masa kemerdekaan, bentuknya berubah lagi menjadi ornamen rumah adat Minangkabau.

Pembangunan Jam Gadang ini konon menghabiskan total biaya pembangunan 3.000 Gulden, biaya yang tergolong fantastis untuk ukuran waktu itu. Namun hal itu terbayar dengan terkenalnya Jam Gadang ini sebagai markah tanah yang sekaligus menjadi lambang atau ikon Kota Bukittinggi. Jam Gadang juga ditetapkan sebagai titik nol Kota Bukittinggi.

Ada satu keunikan dari angka-angka Romawi pada muka Jam Gadang ini. Bila penulisan angka Romawi biasanya mencantumkan simbol "IV" untuk melambangkan angka empat romawi, maka Jam Gadang ini bertuliskan angka empat romawi dengan simbol "IIII" (umumnya IV).

Masih di area Jam Gadang terdapat sebuah pasar yang disebut dengan Pasar Atas. Di pasar ini para wisatawan berbelanja berbagai jenis kerajinan, tenunan khas bukit tinggi seperti kebaya, telekung, jilbab dan aneka souvenir kerajinan lainnya.

2. Benteng Fort De Kock

Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Markus De Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya perang Paderi pada tahun 1821-1837. Disekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya. Di area benteng ini terdapat sebuah rumah gadang minang kabau dimana wisatawan bias memperoleh informasi tentang kebudayaan minang kabau. Masih di area benteng juga terdapat sebuah kebun binatang dimana wisatawan bisa melihat berbagai jenis binatang buas, reptile, mamalia, unggas. Antara Benteng fort de Kock dan Rumah gadang terdapat sebuah jembatan yang disebut dengan jembatan limpapeh.

3. Ngarai Sianok

Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama.
Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan Pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai.


Batang Sianok kini bisa diarungi dengan menggunakan kano dan kayak yg disaranai oleh suatu organisasi olahraga air "Qurays". Rute yang ditempuh adalah dari Desa Lambah sampai Desa Sitingkai Batang Palupuh selama kira-kira 3,5 jam. Di tepiannya masih banyak dijumpai tumbuhan langka seperti rafflesia dan tumbuhan obat-obatan. Fauna yang dijumpai misalnya monyet ekor panjang, siamang, simpai, rusa, babi hutan, macan tutul, serta tapir.

4. Lobang Jepang
Lobang Jepang merupakan salah satu objek pelancongan yang ada dalam Kota Bukittinggi dan merupakan peninggalan sejarah dari kependudukan Jepang selama berada di Bukittinggi.

Karena Bukittinggi yang sangat strategis, terletak di tengah - tengah Pulau Sumatera, maka penjajah Jepang menetapkan Kota Bukittinggi sebagai Pusat Komando Pertahanan Tentara Jepang di Sumatera (Seiko Sikikan Kakka) yang dipimpin oleh Jenderal Watanabe.

 

Panjang lobang yang terdapat dilokasi Panorama ini lebih kurang 1400 meter, sedangkan panjang keseluruhan yang berada di bawah Kota Bukittinggi diperkirakan lebih kurang sekitar 5000 meter, dengan demikian yang terawat/terpelihara baru 30% dari lobang yang ada. 
Kegunaan utama dari Lobang Jepang ini adalah sebagai basis pertahanan militer penjajah Jepang dari serangan Sekutu maka pembangunannya sangat dirahasiakan, dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan lobang jepang ini mulai dibangun. Hanya dapat diperkirakan beberapa bulan sesudah Maret 1942, saat Jepang merebut Kota Bukittinggi dari tangan Pemerintah Belanda.


Tenaga kerja kasar untuk mengali Lobang ini diambil dari orang - orang Indonesia yang ditangkap dari daerah lain, Namun pekerjaan ini tidak kunjung slesai, karena Jepang keburu kalah ditangan tentara Sekutu.

Semua tenaga kerja kasar tidak sati orangpun yang dapat menyelamatkan diri, semuanya meningal disebabkan kekurangan makanan dan siksaan dari tentara Jepang. sehingga kerahasiaan Lobang tetap terpelihara.


Saat ini Lobang Jepang ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan baik Mancanegara maupun Nusantara dan merupakan objek wisata favorite di Bukittinggi dan bahkan Sumatera Barat.

Kondisi dalam terowongan, Dari pintu gerbang, kita menurunbi anak tangga sebanyak 135 buah, apabila anak tangga ini tingginya rata - rata 20 cm, dengan demikian 135 anak tangga berarti kita telah turun setinggi 27 M. jika kita bandingkan lagi tempat kita berdiri sekarang dengan jalan yang ada diatas kita, mempunyai perbedaan tinggi lebih kurang 5 M. dari perhitungan ini diketahuilah bahwa dasar Lobang berkisar antara 30 sampai 40 M dari permukaan tanah. Kedalaman ini sudah cukup aman dinilai oleh Jepang terhadap serangan udara dari Tentara Sekutu.

5. Shooping di pasar Aur Kuning dan Pasar Atas.


Pasar Aur kuning merupakan pusat grosir produk konfeksi terbesar di pulau sumatera. Pedagang yang datang membeli pakaian ke pasar itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dipasar ini wisatawan bisa membeli berbagai jenis pakaian, telekung, jilbab dll.

 

7 komentar:

  1. perfect holiday. We will come in april :)

    BalasHapus
  2. mintak harga paket nya dong..????

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemana akan kami kirim harga paket...? dan berapa orang jumlah peserta...?

      Hapus
  3. bara Rp paket ko uda.......?????

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemana akan kami kirim harga paket...? dan berapa orang jumlah peserta...? boleh minta emailnya...?

      Hapus
  4. good information...

    BalasHapus